Sabtu, 09 November 2013

KERONCONG

KERONCONG

Keroncong merupakan nama dari instrumen musik sejenis ukulele dan juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita.         Asal-usul Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya.
         Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.
         Fado, Gereja Protestan dan Musik Keroncong Seperti diketahui bahwa Musik Keroncong masuk ke Indonesia sekitar tahun 1512, yaitu pada waktu Ekspedisi Portugis pimpinan Alfonso de Albuquerque datang ke Malaka dan Maluku tahun 1512. Tentu saja para pelaut Portugis membawa lagu jenis Fado, yaitu lagu rakyat Portugis bernada Arab (tangga nada minor, karena orang Moor Arab pernah menjajah Portugis/Spanyol tahun 711 - 1492. Lagu jenis Fado masih ada di Amerika Latin (bekas jajahan Spanyol), seperti yang dinyanyikan Trio Los Panchos atau Los Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera Barat (budaya Arab) seperti Ayam Den Lapeh.
         Pada waktu tawanan Portugis dan budak asal Goa (India) di Kampung Tugu dibebaskan pada tahun 1661 oleh Pemerintah Hindia Belanda (VOC), mereka diharuskan pindah agama dari Katholik menjadi Protestan, sehingga kebiasaan menyanyikan lagu Fado menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan, yang pada tangga nada mayor.
         Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir, dan awal ini Musik Keroncong juga dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong (lihat Musik Suku Ambon atau The Hawaian Seniors pimpinan Jenderal Polisi Hugeng).Alat-alat musik
         Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
         Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti sitar India,rebab, suling bambu, gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan, gong.

Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F); gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi); biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang
    flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);
         selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;
         kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya;
         Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
         Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars). Jenis keroncong
         Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.
Perkembangan musik keroncong masa kini Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia (1522) dan pemukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661 [2] [3], dan ini merupakan masa evolusi awal musik keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880.
Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun 1879 [4], di saat penemuan ukulele di Hawai [5] yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong), sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun belum berkembang (Bondan Prakoso).
Empat tahap masa perkembangan tersebutadalah:

  • Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920),
  • Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
  •  Masa keroncong modern (1960-2000), serta Masa keroncong millenium (2000-kini)
  • Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920)

Ukulele ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan pada tahun berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan Gambir (lihat ada lagu Kemayoran dan Pasar Gambir, sekitar tahun 1913). Komedie Stamboel 1891-1903 lahir di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas Gaya Instanbul, yang mengadakan pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi Cerita 1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat), termasuk Hikayat India dan Persia. Sebagai selingan, antar adegan maupun pembukaan, diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan keroncong. Khusus musik keroncong dikenal pada waktu itu Stambul I, Stambul II, dan Stambul III.

Minggu, 20 Oktober 2013

aku ingin meminta kepadamu :-)

mohon di baca oleh kamu"

betapa rasanya sedih ketika kau tidak ada di ingatan ku lagi dan agak beda sekali ketika saya mengenal dikau "mrs. A.K" di saat waktu jaman masih sekolah itu kau selalu tertawa bahkan tersenyum melihat mata saya dan terus memandangnya sungguh ku terpukau melihat kamu (mrs."A.K") dengan senyummu yang cipit itu, pada saat itu saya pengen kenal sama kamu ("mrs.A.K") cuma saya dari gak ada nyali buat kenal kamu lebih dekat. mungkin sifat aku kali iya yang cuek itu :-), dan saat ini pun hati ini terasa seolah tak percaya dengan sifat yang kayak gini entah, apa sebab ? sampai aku begini oh, tuhan berilah hambamu jalan terang supaya saya tidak mengulangi lagi


dan jujur saja saya ingin memaafkan kesalahan saya yang telah perbuat oleh kamu
bukan meminta maaf saja, tapi aku pengen berubah sifatku kayak gini


janji deh
aku gak bakalan ganggu kamu ("mrs.A.K") kok aku hanya meminta maaf apabila saya kesalahan yang telah saya perbuat kepadamu.


saya mau jadi temen kamu karena berteman itu indah kalau dirasakan bersama :) dan kalau di tambah lagi tetawa rasanya senang & bahagia



from                                                                                                                                to



okta rio valantino                                                                                                        achy khaironisa

Sabtu, 19 Oktober 2013

sayap burung bukan seperti dewa

aku hanya manusia yang tidak sempurna mengapa, karena aku tidak memiliki sayap seperti dewa

wahai tuhan tuhan berilah aku jalan menuju ke arah yang lebih tinggi. suatu saat nanti saya akan mempunyai sayap itu dan bisa menolong orang di dekat saya

Kamis, 24 Januari 2013

kota palembang


Sejarah dan Asal Usul Nama Kota Palembang


Sejarah dan Asal Usul Nama Kota Palembang
Pada artikel sebelumnya kita telah membahas legenda Putri Ong Tien dari China yang menyusul kepulangan Sunan Gunung Jati ke Pulau Jawa. Selama perjalanan Putri Ong Tien dari China menuju Pulau Jawa, Kaisar Hong Gie mengutus tiga orang pembesar China menemani perjalan tersebut. Tiga orang tersebut adalah Pai Li Bang ( ada yang menyebutnya Pa Lin Fong), Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang adalah seorang menteri kerajaan China yang menjadi murid Sunan Gunung Jati pada saat beliau berdakwah di negeri China. Dari sinilah sejarah dan asal usul nama kota Palembang dimulai.
Menurut catatan Wikipedia, dalam pelayaran ke Pulau Jawa, rombongan Putri Ong Tien dan Pai Li Bang singgah di Kadipaten Sriwijaya. Begitu mereka datang, para penduduk Kadipaten Sriwijaya menyambutnya dengan meriah. Pai Li Bang sangat heran dengan sambutan tersebut. Pai Li Bang bertanya kepada tetua masyarakat Sriwijaya apakah yang sebenarnya terjadi. Tetua masyarakat tersebut malah balik bertanya siapa diantara anggota rombongan tersebut yang bernama Pai Li Bang.
Setelah mengetahui bahwa yang bertanya tadi adalah orang yang dicari, maka Pai Li Bang bergegas digotong penduduk ke atas tandu. Pai Li Bang dibawa ke istana Kadipaten Sriwijaya. Setelah Pai Li Bang duduk di kursi Adipati, tetua masyarakat tersebut menerangkan bahwa Adipati Ario Damar selalu pemegang kekuasaan Sriwijaya telah meninggal dunia. Penduduk merasa bingung untuk mencari pengganti Ario Damar karena putera Ario Damar, Raden Fatah dan Raden Hasan, sudah menetap di Pulau Jawa.


Pai Li Bang Membangun Kadipaten Sriwijaya

Dalam kebingungan itu, muncul Sunan Gunung Jati di Kadipaten Sriwijaya. Beliau berpesan bahwa sebentar lagi akan datang rombongan murid dari negeri China yang bernama Pai Li Bang. Murid Sunan Gunung Jati itulah yang pantas menjadi pengganti Ario Damar karena Pai Li Bang merupakan seorang menteri negara di China dan berpengalaman membangun negara.
Setelah berpesan demikian, Sunan Gunung Jati meneruskan pelayarannya ke Pulau Jawa. Pai Li Bang selaku murid Sunan Gunung Jati semakin kagum dengan kemampuan gurunya yang mampu mengetahui sebelum peristiwa terjadi. Pai Li Bang tidak menolak keinginan gurunya dan bersedia menjadi Adipati Sriwijaya.
Dalam lampiran buku Perdebatan Syekh Siti Jenar dengan Wali Songo yang ditulis oleh M.B. Rahimsyah AR, diterbitkan Bintang Jaya Press, semasa pemerintahan Pai Li Bang wilayah Sriwijaya maju pesat sebagai kadipaten yang paling makmur dan aman. Berbagai pembangunan dijalankan agar kehidupan masyarakat setempat semakin sejahtera. Untuk menghormati jasa-jasa Pai Li Bang, setelah Pai Li Bang meninggal dunia maka nama Kadipaten Sriwijaya diganti dengan nama Kadipaten Pai Li Bang.
Dalam perkembangannya, karena proses pengucapan lidah orang Sriwijaya maka lama kelamaan nama Kadipaten Pai Li Bang berubah menjadi Kadipaten Palembang. Sampai sekarang, wilayah Sriwijaya disebut sebagai kota Palembang berkat pimpinan dan kepahlawanan Pai Li Bang. Demikian artikel sejarah budaya yang membahas asal usul pemberian nama kota Palembang. Mudah-mudahan informasi ini berguna untuk Anda.

Referensi Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palembang

Jumat, 31 Agustus 2012

PUISI KOTA PALEMBANG

Puisi Utk Kota Palembang Dari Wong Yang Di Rantau

Kawan...
Ooh, Dulur2ku
Tau dak kau

Akan indahnyo kotaku

Penduduknyo yang ramah
Aleran Sungi Musi yang melegenda
Lalu lalang perahu ngelewatinyo
Entah kapan aku pacak balek
Menyaksike Bidar tiap Tuju belasan
Besenda gurau di pocok Ampera
Abeske waktu di tepi Musi
Nyaksike seboknyo Pasar Nam Blas
Gema Azan di Mesjid Agung, seolah manggel aku balek

Jauh sudah aku merantau
Arungi kehidupan di negeri orang
Yang harus kau tau
Atiku tetap tinggal di Plembang...

Minggu, 24 Juni 2012

Kamus bahasa Palembang

Dalam bahasa Palembang, awalan me- seringkali tidak diucapkan. Misalnya:
  • Jingok (lihat) bila diberi awalan me- akan menjadi "nyingok" bukan menjingok.
  • Goco (pukul) bila diberi awalan me- akan menjadi "ngoco" bukan menggoco.

Di bawah ini adalah beberapa kata dalam bahasa Palembang dan artinya dalam bahasa Indonesia:

[sunting] A

  • aman / amon = kalau
    Contoh: Aman kau ke sano gek, jangan lupo bawa pempek.
    Arti: Kalau kamu ke sana nanti, jangan lupa bawa pempek.
  • antok = antuk
    Contoh: Kartu kau tu antok, ulang oi!
    Arti: Kartu kamu itu terantuk, ulang dong!
  • asak = asalkan
    Contoh: Asak kau dapet cepek, ku enjok mobil la.
    Arti: Kalau kamu mendapatnya dengan cepat, saya kasih mobil deh.
  • awak = padahal
    Contoh: Awak kau yang salah, nak nyalahke wong.
    Arti: Padahal kamu yang salah, mau menyalahkan orang.
  • awan = siang
    Contoh: Awan tadi, budak Kertapati menang lomba bidar.
    Arti: Tadi siang, anak Kertapati menang lomba bidar.

[sunting] B

  • bae = saja
    Contoh: Kau bae la yang bayar.
    Arti: Kamu sajalah yang bayar.
  • balak = masalah
    Contoh: Dak usah nyari balak la, kagek celako kau.
    Arti: Tidak usah cari masalah deh, nanti kamu celaka.
  • balek = pulang
    Contoh: Aku abes ni nak balek ke rumah.
    Arti: Saya setelah ini mau pulang ke rumah.
  • balen = ulang
    Contoh: Balen oi, mano ado maen cak tu.
    Arti: Ulang dong, mana ada main begitu.
  • banyu = air
    Contoh: Nak minum apo? Jawab: Banyu putih be.
    Arti: Tanya: Mau minum apa? Jawab: Air putih saja.
  • baseng = terserah/sembarangan
    Contoh: Baseng kau la, aku dak melok-melok bae.
    Arti: Terserah kamu sajalah, saya tidak ikut (kalau terjadi masalah, saya tidak ikut kena getahnya).
  • basa = gawat
    Contoh: Basa ni! dak pacak gawe galo.
    Arti: Gawah nih! Tidak bisa kerjakan semua.
  • baso = bahasa
    Contoh: Ae, baso Inggris bae dak pacak kau, cupu ni!
    Arti: Ya ampun, bahasa Inggris saja kamu tidak bisa, pecundang nih!
  • bebala = bertengkar (mulut)
    Contoh: Wong sebelah ni galak bebala sampe subuh.
    Arti: Orang sebelah suka bertengkar sampai subuh.
  • belagak = tampan, cakep, rapi
    Contoh: Wew, belagak nian kau hari ni!
    Arti: Wah, rapi sekali kamu hari ini!
  • belago = bertengkar saling pukul
    Contoh: Budak kecik tu galak belago, laporke plisi peh?
    Arti: Anak kecil itu suka berkelahi, laporkan ke polisi yuk?
  • bengak = bodoh
    Contoh: Bengak nian kau ni, baco be dak pacak!
    Arti: Bodoh sekali kamu ini, membaca saja tidak bisa!
  • begoco = berantem/berkelahi
    Contoh: Dak usah jingok jingok, begoco be kito!
    Arti: Tidak usah lihat-lihat, berantem aja kita!
  • berejo = bersusah-susah, berusaha
    Contoh: Berejo la kau! tula, diomongi dak galak dengar.
    Arti: Berusahalah kamu! Makanya, diberi tahu tidak mau dengar.
  • Bi Cek = ibu, bibi, tante; bi cik (bibi kecik) = bibi kecil, panggilan untuk tante dalam keluarga besar yang paling kecil/muda.
    Contoh: Bi cek! nak ke mano?
    Arti: Bibi! Mau ke mana?
  • budak = anak
    Contoh: Budak tino Pelembang emang cindo-cindo galo.
    Arti: Anak perempuan Palembang memang cantik-cantik semua.
  • buntang = bangkai
    Contoh: Depan kelas kito ado buntang tikus.
    Arti: Di depan kelas kita ada bangkai tikus.
  • buyan = bodoh
    Contoh: Makonyo belajar biar dak jadi buyan, adekku
    Arti: Makanya belajar adikku, agar kamu tidak menjadi bodoh.
  • besak kelakar = besar omong
    Contoh: Kau tu besak kelakar bae, jadi be idak.
    Arti: Kamu itu besar omong saja, jadi aja enggak.
  • bedalu = begadang
    Contoh: Jangan nemen nian bedalu kau tu
    Arti: Jangan sering begadang kamu itu

[sunting] C

  • cak mano = bagaimana
    Contoh: Cak mano ni? pacak dak lulus kito ni
    Arti: Bagaimana ini? Bisa tidak lulus kita.
  • cak itula = ya begitulah
    Contoh: Cak itula, basa nian kito
    Arti: Begitulah, benar-benar dalam kesulitan kita.
  • calak = pintar, cerdik <kadang terkesan curang>
    Contoh: Oi calak nian kau e, wong ngaki kau bawak kereta.
    Arti: Cerdik juga kamu ya, orang lain jalan kaki kamu bawa sepeda.
  • cemeke'an = pelit
    Contoh: Cemeke'an nian, goceng be dak ngasi.
    Arti: Pelit sekali, mamberi lima ribu saja tidak mau.
  • cetuk = patuk
    Contoh: Lakinyo mati dicetuk ulo.
    Arti: Suaminya meninggal dipatuk ular.
  • cotang = menebak-nebak dalam soal pilihan
    Contoh: Cotang 5 bener 4, hebat dak?
    Arti: Sembarangan jawab lima soal, benar empat, hebat tidak?
  • cugak = kecewa
    Contoh: Keno cugak be aku lantak dio.
    Arti: Saya kecewa karena dia.
  • Cucung = cucu
    Contoh: Woi cung, kalo kau ke Plaju, belike aku pempek
    Arti: Cu, kalau kamu ke Plaju, belikan kakek/nenek pempek.
  • cindo = cantik
    Contoh: Cindo nian tino tu, pacak "peca utak" aman jingokinnyo terus.
    Arti: Cantik sekali perempuan itu, bisa "pecah otak" kalau melihatnya terus.
  • cenela = sendal
    Contoh: Woi, jangan pake cenela aku!
    Arti: Woi, jangan pakai sendal saya!
  • cangking = jinjing
    Contoh: Cubo dicangking bae, biar mudah.
    Arti: Coba dijinjing aja biar mudah.
  • cokot = gigit
    Contoh: Hamper be aku tadi dicokot anjing
    Arti: Hampir saja saya tadi digigit anjing

[sunting] D

  • Dak papo = tidak apa-apa
    Contoh: Dak papo la! Cuman denget bae.
    Arti: Tidak apa-apalah, cuma sebentar saja.
  • dak katek / katek = tidak ada (lebih tegas)
    Contoh: Dak katek malu nian kau ni!
    Arti: Tidak ada malu sekali kamu ini!
  • dak katek-katek = tidak ada terus
    Contoh: Aku pegi ke sano? Dak katek-katek.
    Arti: Saya pergi ke sana? Tidak ada terus.
  • dak terti = tidak mengerti
    Contoh: Dak terti aku pelajaran ni.
    Arti: Saya tidak mengerti pelajaran ini.
  • dewe'an = sendirian
    Contoh: Pegi samo siapo kau? Dewe'an be?
    Arti: Pergi sama siapa kamu kesana? Sendirian saja?
  • dulur = saudara
    Contoh: Oi dulur! Po kabar?
    Arti: Saudara! Apa kabar?
  • doken = dulu
    Contoh: Ai, ngopi doken biar dak ngantok.
    Arti: Aduh, minum kopi dulu agar tidak mengantuk.

[sunting] E

  • emak : ibu
    Contoh: Emak, ado yang ngolake aku.
    Arti: Ibu, ada yang mempermainkan saya.
  • enjuk = beri
    Contoh: Enjuk siapo la bunga ni, yo?
    Arti: Diberikan dengan siapa bunga ini, ya?
  • ekar = kelereng
    Contoh: Ekar aku hargonyo goban, kau punyo?
    Arti: Kelereng saya harganya lima puluh ribu, punya kamu (harganya berapa)?
  • ecak-ecak = pura-pura
    Contoh: Kau ni jangan ecak-ecak dak tau.
    Arti: Kamu ini jangan pura-pura enggak tau.
  • Eder = benar/beres
    Contoh: Gawean kau ni dak pernah eder.
    Arti: Kerjaan kamu itu tidak pernah benar/beres.

[sunting] G

  • Galak = mau, sering, suka
    Contoh: Galak makan dak? (galak = suka)
    Contoh: Aku galak dengan kawu. (galak = mau/suka)
    Contoh: Tu la, galak takok'an, keno batunyo kawu sekarang. (galak = sering)
  • galar = lantai
    Contoh: Kaparke baye mangkok tuh di pucuk galar.
    Arti: Letakkan saja mangkuk itu di atas lantai.
  • galo = semua
    Contoh: Wong kito galo.
  • gancang = cepat
    Contoh: Gancang dikit kak, kagek telat aku ni sekolah.
  • gedek = dinding / tembok
    Contoh: Lukisan sikok itu tolong dipasang di gedek sebelah sano yo mang.
  • geli-geli = mudah (bahasa kiasan yang diambil dari geli yang maknanya sama dalam bahasa Indonesia)
    Contoh: Mak ini sih geli-geli bae.
  • geli-geli basa = sangat mudah
    Contoh: Pacak dak? Geli-geli basa.
  • geta basa = bokek, pelit
    Contoh: Geta basa dio tu.
  • goco = tinju
    Contoh: Ati-ati samo preman itu, kagek keno goconyo.
  • gandekan = ahli/jago
    Contoh: Wai, budak itu gandekan nian maen ekar.
    Arti: Wow, anak itu ahli/jago sekali bermain kelereng.

[sunting] I

  • idak = tidak
    Contoh: Idak galak makan dio dari kemaren.
    Arti: Tidak Mau makan Dia dari Kemarin.
  • igo = terlalu
    Contoh: Tula pelit igo! Rasoke kau sekarang
    Arti: Itulah Pelit sekali ! Rasakan kamu Sekarang
  • iwak = ikan
    Contoh: Iwak belido emang paleng padek dibikin pempek.
    Arti: Ikan Belida Emang paling enak dibikin Pempek.

[sunting] J

  • jabo = luar
    Contoh: Tolong buangke sampah ni ke jabo, yo.
  • jingok = lihat
    Contoh: Jingok- ingok kalo kakak aku dateng, yo
  • jiron = tetangga
    Contoh: Kenal dak kau samo jiron kawu?
  • julak = dorong
    Contoh: Kau dijulak siapo dek? Ngapo pacak nyampak cak ini?
  • Jero = dalam
    Contoh: Kambang ini jero nian.
    Arti: Empang ini dalam sekali.
    Contoh: Cubo cari di jero kamar.
    Arti: Coba cari di dalam kamar.
  • jeramba = jalan/jembatan
    Contoh: Nah, jeramba kayu iko la banyak yang bolong.
    Arti: Nah, jalan/jembatan kayu ini sudah banyak yang bolong.

[sunting] K

  • kacek = selisih
    Contoh: Kacek dikit jugo, dak apo la.
  • kacuk-an = sanggama
    Contoh: Jangan kacuk-an di luar nika ye, doso tu!
  • kagek = nanti
    Contoh: Nak pegi, lum? Kagek, yo.
  • kambang = kolam
    Contoh: Wow, kambang iwak makin cantik bae mak ini ari.
  • kanji = genit/nafsu seksual berlebihan/binal
    Contoh: Jingokla, betino itu kanji nian galak ngucak lanang.
  • katek = tidak ada
    Contoh: Kesian jingok dio, katek duit, katek rumah, katek kerjo.
  • kecik = kecil
    Contoh: Pempek telok kecik seporsi berapo?
  • kelaso = tikar, alas duduk, alas tempat tidur
    Contoh: Bentangke la kelaso tuh, aba kau nih nak tiduk dulu.
  • kempet = kempes
    Contoh: Ai, ban mobil aku kempet pulo.
  • kendak = kehendak/kemauan
    Contoh: Kendak aku ni cak ini, ngapola jadi cak itu?
  • ketek = perahu
    Contoh: Turis tu lagi naek ketek nyebrang sunge musi
  • kito = kita
    Contoh: Wong kito galo.
  • kleker = kelakar
    Contoh: Mang Cek kau tu emang rajo kleker, ngehayal telalu tinggi.
  • klepeh = dompet
    Contoh: Supayo dak dimaling, pastike klepeh ditempek ke jangan baseng.
  • kocek = potong, kupas
    Contoh: Diemla, agek kukocek palak kau!
  • kambang = empang

[sunting] L

  • la = sudah
    Contoh: La selesai lum? Lamo nian.
  • ladeng = pisau
    Contoh: Kau buang ke mano ladeng bekas kau nujah tadi?
  • laju = ayo, akibatnya/jadinya
    Contoh: Galak laju, dak galak sudah. (laju = ayo)
    Contoh: Lantak bebala, laju keno marah budak tu (laju = akibatnya/jadinya)
  • lajuke = urusi
    Contoh: Aman kau galak, lajuke la.
  • lanjak'i = mengerjakan, mengurusi
    Contoh: Mumpung regonyo murah, lanjak'i la cek
  • lantak = gara-gara
    Contoh: Lantak kau la, jadi rusak komputer aku ni.
  • lemak = enak
    Contoh: Makanan di sini la dak lemak, mahal pulo.
  • lihai = mahir
    Contoh: Lihai nian dio matematika, les di mano dio, yo?
  • lokak = kerjaan, masalah
    Contoh: Kalo ado lokak, kabari bae aku ye mang.
  • lolo = bodoh
    Contoh: Alangke lolo gawe budak kecik tu.
  • lum = belum
    Contoh: Sudah, lum?
  • linjangan = pacar
    Contoh: Hai, linjangan kau sekarang sapo?
    Arti: Hai,pacar kamu sekarang siapa?

[sunting] M

  • madak'i = Masa, sih?
    Contoh: Mada'i kito kalah? Perasaan la lemak tekwan kito ni.
  • mak ini ari = hari gini
    Contoh: Mak ini ari, mase ado bae wong yang galak maleng ayam.
  • Mang Cek = paman
    Contoh: Di rumah mang cek aku ado kebon rambutan.
  • melok = ikut
    Contoh: Aku nak ke tempek tino tu, melok dak?
  • mekek-mekek = berteriak/memekik
    Contoh: Oi cek, ngapo dio la dari tadi mekek-mekek?
  • mekot, milu = ikut
    Contoh: Mekot oi ke sano, la bosen aku di siko.
  • menujah = menusuk
    Contoh: Wai, kawu ni mirip yang nujah adek aku dulu tu.
  • mengot = lengkung
    Contoh: Mistar ni pacak mengot pulo.
  • meseng = buang air besar
    Contoh: Budak tu galak meseng di celano aman aku kejutke.
  • metu = keluar
    Contoh: Dio tu dak pernah metu dari kamar sejak ditujah aku.
  • merep = mirip, menyerupai
    Contoh: Yyo merep wong ini.
  • minta alem = manja, cari perhatian
    Contoh: Minta alem nian dio ni.
  • mentek, mengkek = "belagu", banyak gaya
    Contoh: Mengkek nian budak tu!

[sunting] N

  • nak = mau
    Contoh: Diemla! Nak keno marah guru kawu?
  • ggambok = pamer
    Contoh: Dak usahlah nak ngambok kau tu! Jingok dulu na gambar aku.
  • ggatoke = mengatakan
    Contoh: Walikota ngatoke kalu dio bakal gusur galo pedagang kaki lim.
  • ngolake = menipu
    Contoh: Koko kau tu galak ngolake, ngomong jual ayam bangkok taunyo ayam kampung.
  • ngota'i = membohongi
    Contoh: Ai, kau ni ngota'i aku dari dulu, apo kendak kawu?.
  • nian = benar
    Contoh: Kau cak calak nian kek aku, yo?.
  • nianan = beneran
    Contoh: Nianan pesta-pesta kito malem ni?
  • ngeribak'i = peduli amat
    Contoh: Ngeribak'i kau la, kawu tu siapo?
  • ngigik = lucu
    Contoh: Ngigik nian wong yang bikin kamus ni.
  • ngenyek = mengejek
    Contoh: Budak tu emang galak ngenyek, kesel jugo lamo-lamo.
  • nyampak = jatuh
    Contoh: Ajaib, la nyampak dari lante 30 masi pacak idup
  • nyenyes = cerewet
    Contoh: Aku dak seneng dengan wong nyenyes cak dio.
  • ngagok'i = menanggapi
    Contoh : Berentilah ngagok'i nyo,gek dio nangis
  • nemen = sering
    Contoh: Jangan nemen nian maen tempat wong itu.
    Arti: Jangan terlalu sering main ke tempat orang
  • nganjok = terjun
    Contoh: Jangan galak nganjok dari pagar lagi kau tu.
    Arti: Kamu itu jangan suka terjun dari pagar lagi.

[sunting] O

  • "Obak" = Penjara/Sel
    Contoh: Wong galak maling bakal masuk obak.
    Arti: Orang yang suka mencuri akan masuk penjara.
  • oncak = unggulan
    Contoh: Pakela oncak kau, tetep aku tula yang menang pasti.
  • oplet = angkot
    Contoh: Kalu oplet warno merah stop di mano, yo?

[sunting] P

  • Pacak = bisa
    Contoh: Pacak gilo jugo aku kalo cak ini terus
  • Palak = kepala
    Contoh: Pening palak aku jingok kelakuan dio
  • Panto = cuma
    Contoh: Panto itu be dak pacak, makmano kau ni?
  • Pasak = pasar
    Contoh: Pasak Plaju la canggih sekarang, nyaman men nak blanjo
  • Payo = ayo
    Contoh: Ke PIM dak? payo!
  • Pecak = seperti
    Contoh: Badan pecak gorila cak tu, kalahla dio
  • Pecik = menembak
    Contoh: Ae cupu ni, pecik ekar be dak pacak
  • Peh la = yuk
    Contoh: Maen dak? peh la
  • Penesan = bercanda
    Contoh: Jangan langsung tujah2an oi, cuma penesan dio tu
  • Pilat (tidak sopan) = Kata kasar, arti: orang yang bibirnya ada bekas operasi(?)
    Contoh: Pilat ni! bawa mobil tu beneran dikit!
  • Pocok = atas
    Contoh: Dio lagi di pocok, beneri atep
  • Prei = libur
    Contoh: Kapan prei?
  • punyo = punya

[sunting] R

  • Rai = muka, tampang
    Contoh: Rai kau make apo? maken cantik bae kw bik
  • Ringam = benci
    Contoh: Ringam nian jadi wong tu!
  • Rese = habis
    Contoh: Ai rese makanan ini

[sunting] S

  • Sanjo = bertamu
    Contoh: Kagek sincia sanjo ke tempat aku ye, banyak makanan la
  • Sangkek = keranjang, bungkusan berisi makanan yang dibagikan waktu ultah anak kecil
    Contoh: La dapet sangkek lum kau?
  • Saro = sulit
    Contoh: Kalo cak ini saro! jadinyo cak mano? cari dulu turunannyo
  • Sapo = siapa
    Contoh: Sapo bae yang ranking, dapet voucher les gratis disano
  • Semekuk = berbentuk tak sempurna
    Contoh: Dak semekuk nian gambar kau, budak TK be lebih lihai
  • Sepur = kereta api
    Contoh: Ado wong dilindas sepur malem tadi
  • Sike = pelit
    Contoh: Dak usah sike la, awak kayo
  • Sius = serius
    Contoh: Siusan oi? mak mano nian ceritonyo?
  • Sikok = satu
    Contoh: Bagi sikok wong sikok, jangan banyakan
  • Singit = sembunyi
    Contoh: Maleng tu singitan di wc rumah aku
  • Siru = heboh
    Contoh: Dak usah siru! mano buktinyo?
  • Sedenget = sebentar
    Contoh: Sedenget be, dak lemakkan aku kalo dak ke rumah dio
  • Sekewet = curang
    Contoh: Ketauan ye kau galak maen sekewet
  • Sokor = "sukurin"
    Contoh: Sokor! makonyo latihan dulu men nak tanding tu

[sunting] T

  • Tako'an = sombong
    Contoh: Wong tako'an cak dio emang harus dibasmi
    Contoh: Orang sombong kayak dia emang harus dibasmi
  • Tebudi = tertipu
    Contoh: Dak tau aku ini palsu, tebudi aku oleh dio
  • Tedok = tidur
    Contoh: Tedok tu jangan malem malem
  • Tek aguk = tidak ada kerjaan (tidak digunakan terpisah)
    Contoh: Tek aguk nian dio, nyoret nyoret papan
  • Terajang = hantam
    Contoh: Na, nyengir nyengir, terajang gek kau!
  • Tetak = potong
    Contoh: Tetak palak aku kalo kau dapet cepek
  • Tino = betina/perempuan
    Contoh: Budak tino itu begawe di PS
    Contoh: Anak perempuan itu bekerja di PS
  • Tangani = selesaikan, hajar, pukul
    Contoh: Dak usah macem macem, tangani gek kau!
  • Tula = itulah
    Contoh: Tula! la ku ngomongi caronyo tu mak ini, dak cayo kau
  • Tujah = menusuk
    Contoh: Ne, kau. Ngapo nyingok-nyingok, kagek ku tujah
  • Tekak = bandel
    Contoh: Kau ni tekak nian, wong apo bukan?
    Arti: Kamu ini bandel banget, orang apa bukan?
  • Tebok = bolong
    Contoh: lawang ini tebok galo bekas peluru
    Arti: Pintu ini bolong semua bekas peluru
  • Tekepor = terkapar
    Contoh: Peserta gerak jalan banyak yang tekepor
  • Tekacip = kelamaan menunggu (seseorang/sesuatu)
    Contoh: Ai gawe kau ni,aku laju tekacip disini
    Arti: Ai kerjaan kamu ni,saya jadi kelamaan nunggu
  • Tegok = telan
    Contoh: Tegok bae ubat tu
    Arti: Telan saja obat itu

[sunting] U

  • Ucak-ucak = main-main, tidak serius
    Contoh: Ae SFC ni maennyo ucak ucak sekarang
  • Uji = kata
    Contoh: Uji dio kalo pacak gawe ke soal ni, nak dienjok cepek ceng kito
  • Umep = panas / masak / mendidih
    Contoh: Bik, banyu tuh lah umep, angkatlah
  • Untal = lempar
    Contoh: Untal tu bener dikit, nyangkut ke atep gek
  • Ulo = ular
    Contoh: Ampir be aku ninjek ulo di sawah
  • Umbel = ingus
    Contoh: Kau ni la besak masih umbelan
    Arti: Kamu ini sudah besar masih ingusan

[sunting] W

  • Wong = orang
    Contoh: Wong kito galo, wong Palembang

[sunting] Y

  • Yasi = sah
    Contoh: Dak yasi pemilu tu, banyak maen calak dio